Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Kutatanggehan, sebuah kerajaan yang damai dan tentram. Kerajaan itu dipimpin ileh Prabu Sunarwalaya dengan didampingi oleh seorang permaisuri yang bernama Purbanamah. Walau sudah lama menikah, raja dan permaisuri belum juga dikaruniai seorang anak. Hal ini membuat raja sering diam termenung dan permaisuri hanya dapat menangis meratapi nasib yang dialaminya.
Demi mendapatkan keturunan, berbagai upaya sudah dilakukan oleh raja dan permaisuri. Mulai dari beragam ramuan mujarab dari tabib, bahkan memanggil para dukun untuk membacakan mantra agar permaisuri bisa hamil. Namun, semua usaha yang dilakukan oleh raja dan permaisuri sia-sia belaka.
Karena kondisi raja dan permaisuri yang menyedihkan, para penasehat kerajaan menyarankan raja dan permaisuri untuk memungut anak yatim di kerajaannya. Tidak sulit untuk memungut anak yatim di kerajaannya, hal itu karena banyak anak dari para prajurit dan perwira yang gugur dalam medan perang. Nasehat vyang diberikan para penasehat tidak dihiraukan sama sekali, karena raja dan permaisuri memiliki pikiran bahwa anak pungut akan berbeda dengan anak sendiri.
Setelah lama berpikir dan segala usaha yang dilakukan sia-sia, suatu hari sang raja pergi ke dalam hutan untuk bertapa. Setelah bertapa berminggu-minggu lamanya, tiba-tiba sang raja mendengar suara yang tidak diketahui dari mana asalnya.
Setelah mendapat perintah untuk pulang, raja pun segera kembali pulang ke istana. Beberapa waktu setelah raja bertapa dan kembali pulang, akhirnya sang permaisuri pun hamil. Berita kehamilan itu pun menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru kerajaan. Para penduduk pun turut bahagia mendengar berita kehamilan permaisuri, sebagai wujud rasa bahagia, para penduduk pun datang untuk memberikan hadiah atas kehamilan permaisuri.
Setelah proses kehamilan yang panjang, akhirnya permaisuri melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dan mempesona. Anak tersebut diberi nama Putri Gilang Rukmini, untuk menyambut kelahiran Gilang Putri Rukmini ini, kerajaan mengadakan pesta perjamuan selama tujuh hari tujuh malam. Para penduduk yang senang dengan kelahiran sang putri, datang memberikan berbagai macam hadiah yang indah dan mahal.
Sang putri pun kini tumbuh menjadi seorang remaja yang cantik jelita. Karena sang putri merupakan anak satu-satunya dan anak yang dinantikan sejak lama, raja dan permaisuri pun sangat memanjakannya dan membuat sang putri memiliki perangai yang buruk. Semua yang diinginkan sang putri harus dituruti, jika ditentang, ia akan marah besar. Pelayan pun diperintah dengan semena-mena, tidak jarang pula ia bertingkah kasar dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas sebagai seorang putri. Walau memiliki peringai yang buruk, seluruh penduduk kerajaan sangat mencintainya.
Putri pun tumbuh semakin dewasa, ia semakin bertambah cantik. Pada usianya yang ke tujuh belas tahun, tidak ada Putri lain atau gadis dari kerajaan yang menandingi kecantikannya. Sebelum ulang tahunnya yang ke tujuh belas, rakyat memberikan hadiah kepadanya. Dari berbagai pelosok. Hadiah-hadiah tersebut berupa barang-barang yang sangat berharga. Seperti, emas, uang, perhiasaan-perhiasan dan permata.
Raja sangat berterimakasih kepada seluruh rakyat atas kecintaannya kepada Putrinya tersebut. ia hanya mengambil beberapa perhiasan dan permata. Perhiasan tersebut ia serahkan kepada tukang emas untuk dibuat menjadi perhiasan baru yang lebih besar dan lebih indah. dengan senang hati, seorang empu pembuat perhiasan emas membuat perhiasan berbentuk kalung yang sangat indah. kalung itu menggambarkan tanaman dengan daun-daun dari emas dan perak, serta bunga-bunga dan buah-buahan dari permata yang berwarna-warni.
Seluruh warga kerajaan benar-benar sangat menunggu penyerahan kalung tersebut kepada sang Putri pada saat ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Ketika tiba saatnya, warga Kutatanggeuhan berkumpul di halaman istana. Tidak lama kemudian, Raja dengan di damping Permaisuri dan para bangsawan pun keluarlah dari dalam istana. Raja melambaikan tangan kepada rakyatnya dan di sambut sorak-sorai oleh mereka.
Sorak-sorai kembali ketika Putri Gilang Rukmini datang dengan diiringi belasan orang inang pengasuh. Sang Putri terlihat sangat cantik bagaikan seorang bidadari. Karena, kecantikannya banyak orang yang terpesona melihat penampilan sang putri. Kemudian Raja membuka sebuah kotak yang berukir yang terbuat dari kayu cendana.dan mengeluarkan kalung buatan sang empu.
Sang Putri pun menerima kalung tersebut. ia terdiam sejenak. Sang putri menilai kalung yang diterimanya itu jelek dan dia tidak menyukainya. Setelah itu dia pun melemparkan kalung itu hingga putus berceceran. Para hadirin yang datang dan menyaksikan kejadian itu, hanya bisa diam membisu seribu bahasa. Di tengah keheningan tersebut, terdengar suara isak tangis dari permaisuri yang sedih melihat kelakuan anaknya. Melihat permaisuri menangis, para hadirin pun ikut menangis terutama para wanita.
Pada saat yang sama, suatu keajaiban terjadi. Tiba-tiba, keluarlah air yang jernih, seakan bumi pun ikut menangis. Air itu pun keluar hingga menjadi mata air yang besar dan dalam waktu sekejap telah membentuk sebuah danau. Danau itu semakin lama semakin luas dan akhirnya menenggelamkan kerajaan Kutatanggeuhan dengan segala isinya.
Danau tersebut saat ini sudah surut, yang tertinggal hanyalah sebuah danau kecil ditengah-tengah hutan di daerah puncak, Jawa Barat. Nama danau tersebut adalah Telaga Warna. Pada siang hari, air telaga tersebut berwarna-warni sangat indah. keindahan yang penuh warna tersebut sebenarnya bayangan hutan di sekeliling telaga dan langit biru di atasnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa warna-warni itu datangnya dari permata kalung milik Putri Gilang Rukmini yang tercerai berai.